Bicara Budaya lewat Keris
A
A
A
BERUPAYA melestarikan warisan leluhur bangsa, komunitas ini giat mengenalkan keris kepada generasi muda. Sekaligus menghilangkan pandangan negatif bahwa keris identik dengan klenik dan sebagainya.
Diawali dengan berkumpulnya segelintir mahasiswa dan alumni Satra Jawa Universitas Indonesia yang akhirnya membentuk komunitas penggiat dan penghobi benda pusaka Nusantara.
Jadilah komunitas Keris UI dibentuk tahun 2012 silam, menyusul diresmikannya keris Indonesia sebagai warisan dunia oleh UNESCO pada tanggal 25 November 2008. Keris Indonesia dinobatkan sebagai “Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity”.
“Sebagai akademisi, kami mewakili civitas academica UI, mencoba mendirikan sebuah wadah bagi penggemar dan penggiat senjata pusaka Nusantara untuk kemudian diarahkan kepada ranah sains dan penjelasan ilmiah, agar warisan budaya bangsa Indonesia ini dapat lebih diakui oleh dunia,” terang Andito Cahyo Laksono, Ketua Bagian Mahasiswa/Juru Bicara Komunitas Keris.
Diakui mahasiswa Fakultas Psikologi UI tersebut, keris memang identik dengan klenik, mitos dan lain sebagainya. Bahkan kerap kali keris dianggap bertentangan dengan agama.
Padahal menurut pria yang akrab disapa Dito ini, pandangan itu amatlah subyektif. Komunitas Keris UI pun berperan untuk meluruskan pandangan miring tersebut. Yakni sebagai media informasi yang menghubungkan antar penggiat keris dan masyarakat awam.
Langkah yang ditempuh sebut saja dengan mengkaji sisi sejarah, asal muasal keris, dan mencoba menjelaskan evolusi keris dari fungsi awalnya sebagai senjata, hingga menjadi salah satu sarana penghubung antara manusia dan leluhurnya.
“Sarana kami menyampaikan informasi ini ke masyarakat adalah melalui pameran yang sering diadakan,” kata Dito yang hobi beladiri dan menembak ini. Melalui pameran tersebut komunitas ini mencoba merangkul generasi muda.
Beberapa bukti sejarah turut disertakan umpanya keris telah mengantarkan bangsa Indonesia menuju kejayaan, sejak zaman Majapahit hingga kesultanan Yogya-Solo kini. Keberadaan keris menunjukkan kemampuan bangsa Indonesia untuk menciptakan sebuah produk militer yang terbukti unggul.
Dito dan anggota komunitas ini biasa mengadakan pameran tunggal maupun rangkaian dari sebuah acara budaya. Kegiatan pameran yang diadakan memang tidak rutin mengingat kesibukan masingmasing anggota.
Keanggotaan Komunitas Keris UI sendiri memang bersifat sukarela dan tidak mengikat. Sedikitnya 30 mahasiswa dan alumni UI tergabung di dalamnya. Tak terkecuali rekanan yang berasal dari luar UI sebagai sukarelawan untuk menyumbangkan ide maupun gagasan pemikiran.
Bagi pemuda yang hobi mengoleksi senjata tradisional dan membaca buku sejarah ini, keris adalah sebuah simbol akan kejayaan masa lalu yang pernah dicapai oleh para pendahulu dan leluhur bangsa Indonesia.
Mereka memiliki kebanggaan tersendiri akan budayanya dan mampu mengembangkan budaya tersebut hingga nilai yang tinggi. Saat hal tersebut terjadi, Indonesia berada dalam masa jayanya, seperti masa Sriwijaya, Majapahit dan Mataram.
“Ini menjadi motivasi bagi saya untuk mengembangkan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia yang selalu ingin saya tularkan ke masyarakat, terutama masyarakat yang kini menganggap nilai budaya kita norak, kuno, bahkan kampungan,” bebernya. Nilai sebuah keris dapat dilihat dari beberapa unsur seperti usia, detil hiasan, kualitas bahan, hingga kekuatan spiritualnya.
Ada yg menilai bahwa keris yang bagus adalah yang tua karena dianggap sebagai keris asli dan memiliki tuah. Adapula yang menilai keris dari keindahan bentuknya, yang merupakan ungkapan rasa hati dari pembuat/empunya.
Adapula yang menilai keris dari kualitas bahannya karena melihat hakikat keris sebagai senjata, sehingga keris yang bagus adalah yang bahannya kuat seperti layaknya sebuah senjata perang.
Terakhir, ada juga yang menilai dari kekuatan spiritualnya, yaitu dari keyakinan bahwa suatu keris dapat memberikan pemegangnya sebuah perlindungan, rezeki, maupun jabatan.
Sri Noviarni
Diawali dengan berkumpulnya segelintir mahasiswa dan alumni Satra Jawa Universitas Indonesia yang akhirnya membentuk komunitas penggiat dan penghobi benda pusaka Nusantara.
Jadilah komunitas Keris UI dibentuk tahun 2012 silam, menyusul diresmikannya keris Indonesia sebagai warisan dunia oleh UNESCO pada tanggal 25 November 2008. Keris Indonesia dinobatkan sebagai “Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity”.
“Sebagai akademisi, kami mewakili civitas academica UI, mencoba mendirikan sebuah wadah bagi penggemar dan penggiat senjata pusaka Nusantara untuk kemudian diarahkan kepada ranah sains dan penjelasan ilmiah, agar warisan budaya bangsa Indonesia ini dapat lebih diakui oleh dunia,” terang Andito Cahyo Laksono, Ketua Bagian Mahasiswa/Juru Bicara Komunitas Keris.
Diakui mahasiswa Fakultas Psikologi UI tersebut, keris memang identik dengan klenik, mitos dan lain sebagainya. Bahkan kerap kali keris dianggap bertentangan dengan agama.
Padahal menurut pria yang akrab disapa Dito ini, pandangan itu amatlah subyektif. Komunitas Keris UI pun berperan untuk meluruskan pandangan miring tersebut. Yakni sebagai media informasi yang menghubungkan antar penggiat keris dan masyarakat awam.
Langkah yang ditempuh sebut saja dengan mengkaji sisi sejarah, asal muasal keris, dan mencoba menjelaskan evolusi keris dari fungsi awalnya sebagai senjata, hingga menjadi salah satu sarana penghubung antara manusia dan leluhurnya.
“Sarana kami menyampaikan informasi ini ke masyarakat adalah melalui pameran yang sering diadakan,” kata Dito yang hobi beladiri dan menembak ini. Melalui pameran tersebut komunitas ini mencoba merangkul generasi muda.
Beberapa bukti sejarah turut disertakan umpanya keris telah mengantarkan bangsa Indonesia menuju kejayaan, sejak zaman Majapahit hingga kesultanan Yogya-Solo kini. Keberadaan keris menunjukkan kemampuan bangsa Indonesia untuk menciptakan sebuah produk militer yang terbukti unggul.
Dito dan anggota komunitas ini biasa mengadakan pameran tunggal maupun rangkaian dari sebuah acara budaya. Kegiatan pameran yang diadakan memang tidak rutin mengingat kesibukan masingmasing anggota.
Keanggotaan Komunitas Keris UI sendiri memang bersifat sukarela dan tidak mengikat. Sedikitnya 30 mahasiswa dan alumni UI tergabung di dalamnya. Tak terkecuali rekanan yang berasal dari luar UI sebagai sukarelawan untuk menyumbangkan ide maupun gagasan pemikiran.
Bagi pemuda yang hobi mengoleksi senjata tradisional dan membaca buku sejarah ini, keris adalah sebuah simbol akan kejayaan masa lalu yang pernah dicapai oleh para pendahulu dan leluhur bangsa Indonesia.
Mereka memiliki kebanggaan tersendiri akan budayanya dan mampu mengembangkan budaya tersebut hingga nilai yang tinggi. Saat hal tersebut terjadi, Indonesia berada dalam masa jayanya, seperti masa Sriwijaya, Majapahit dan Mataram.
“Ini menjadi motivasi bagi saya untuk mengembangkan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia yang selalu ingin saya tularkan ke masyarakat, terutama masyarakat yang kini menganggap nilai budaya kita norak, kuno, bahkan kampungan,” bebernya. Nilai sebuah keris dapat dilihat dari beberapa unsur seperti usia, detil hiasan, kualitas bahan, hingga kekuatan spiritualnya.
Ada yg menilai bahwa keris yang bagus adalah yang tua karena dianggap sebagai keris asli dan memiliki tuah. Adapula yang menilai keris dari keindahan bentuknya, yang merupakan ungkapan rasa hati dari pembuat/empunya.
Adapula yang menilai keris dari kualitas bahannya karena melihat hakikat keris sebagai senjata, sehingga keris yang bagus adalah yang bahannya kuat seperti layaknya sebuah senjata perang.
Terakhir, ada juga yang menilai dari kekuatan spiritualnya, yaitu dari keyakinan bahwa suatu keris dapat memberikan pemegangnya sebuah perlindungan, rezeki, maupun jabatan.
Sri Noviarni
(bbg)